Kalender Kegiatan

No events
March 2024
S M T W T F S
25 26 27 28 29 1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
31 1 2 3 4 5 6

Login Pengguna

Artikel

Pekan Suci

Diterbitkan pada 05 Mei 2011
Ditulis oleh Administrator

A. 1. Pengertian.

Pekan Suci atau Hebdomada Sancta (bahasa Latin) atau disebut Hebdomas Maior ; atau Megali Evdomada. Pekan Suci dimulai dari Minggu Palma hingga Sabtu Sepi Sabtu Sunyi, yang kemudian diikuti dengan Paskah. Istilah "Pekan Suci" lebih umum digunakan daripada "Minggu Suci", karena ada kerancuan antara "minggu" sebagai pekan dan "minggu" sebagai hari (sedangkan yang dimaksud di sini adalah "pekan", bukan hari Minggu).

2. SEJARAH.

Pekan Suci dalam kalender liturgi adalah masa satu minggu tepat sebelum Paskah. Rujukan tertua terhadap kebiasaan untuk menandai Pekan Suci secara keseluruhan dengan perayaan perayaan khusus ditemukan dalam Konstitusi Rasuli (ay. 18, 19), yang berasal dari paruhan yang belakangan dari abad ke-3 M. Dalam teks ini  orang-orang diperintahkan untuk berpantang anggur dan daging selama hari-hari ini, sementara pada hari Jumat dan Sabtunya mereka berpuasa penuh. Dionisius Alexandrinus dalam surat kanoniknya (260 M), merujuk kepada keenam hari puasa itu dan menyiratkan bahwa pada masanya itu masyarakat telah terbiasa untuk melaksanakannya.

Ada yang menyatakan bahwa perintah untuk berpantang melakukan kegiatan dalam masyarakat selama tujuh hari tepat sebelum Minggu Paskah dan juga tujuh hari sesudahnya berasal dari dari Konstantin. Namun, Codex Theodosianus, jelas memerintahkan bahwa semua tindakan yang berkaitan dengan hukum harus dihentikan dan pintu-pintu gedung penga-dilan ditutup selama 15 hari.

Ada pula teks-teks lain yang merujuk kepada tradisi-tradisi Gereja Perdana; yang paling penting adalah Ziarah Etheria (juga dikenal sebagai Ziarah Egeria) yang  memberikan uraian terinci tentang perayaan lengkap Pekan Suci di kalangan gereja perdana.

 

B. 1. Minggu Palma

Minggu Palma selalu jatuh pada hari Minggu sebelum Paskah. Peristiwa ini dapat kita baca pada keempat Injil, yaitu Markus 11: 1-11, Matius 21:1-11, Lukas 19:28-44 dan Yohanes 12:12-19. Perayaan ini merupakan perayaan masuknya Yesus kekota Yerusalem sebelum Ia disalibkan. Masuknya Yesus ke kota suci atau Yerusalem adalah hal yang istimewa, sebab terjadinya hanya sekali seumur hidup Yesus. Itulah sebabnya Minggu Palma disebut pembuka pekan suci, yang berfokus pada pekan terakhir Yesus di kota Yerusalem. Dalam liturgi Minggu Palem, umat dibagikan daun palem dan ruang gereja dipenuhi ornamen palem.

2. Simbol Palem

Daun palem adalah simbol dari kemenangan. Daun palem digunakan untuk menyatakan kemenangan atas kematian. Kristus kerap kali menunjukkan hubungan daun palem sebagai simbol kemenangan atas dosa dan kematian. Lebih jelas lagi, hal itu diasosiasikan dengan kejayaan-Nya memasuki Yerusalem, ( Yohanes 12:12-13). Daun palem memiliki warna hijau, hijau adalah warna dari tumbuh-tumbuhan dan musim semi. Oleh karena itu simbol kemenangan dari musim semi diatas musim salju atau kehidupan di atas kematian, menjadi sebuah campuran dari kuning dan biru itu juga melambangkan amal dan registrasi dari pekerjaan jiwa yang baik. Saat Minggu Palma, umat melambai-lambaikan daun palem sambil bernyanyi ” Hosanna Putra Daud ”. Hosanna dalam bahasa Ibrani yang berarti Selamatkanlah Kami. Hal ini menyatakan keikutsertaan umat bersama Yesus dalam arak-arakan menuju Yerusalem. Ini menyatakan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang: kota Allah, tempat kedamaian bersama Allah.

C. Kamis Putih.

1. Perjamuan Malam Terakhir.

Tradisi merayakan Paskah dan Roti Tak Beragi sudah ada sebelum Yesus, hal ini dapat kita baca dalam Kitab Kel 12: 1-28; 43-51 dan 13: 1-16 Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun tentang segala sesuatu dalam rangka ”Penyelamatan” bangsa Israel yang hidup menderita di tanah Mesir. Setelah tulah yang kesepuluh, yakni Anak su-lung mati, maka bangsa Israel ke luar dari Mesir yang lamanya 430 tahun dalam hidup menderita.

Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes untuk mempersiapkan Paskah. Ketika tiba saatnya, Yesus merayakan Paskah bersama murid-murid-Nya, katanya kepada mereka: ”Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama kamu, sebelum aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah” Peristiwa inilah merupakan titik awal Konsekrasi yang kita jumpai pada saat Misa Kudus (Luk.22: 14-23). Roti Tak Beragi (hosti) dan anggur yang berada di dalam cawan, setelah dikonsekrasikan oleh imam menjadi Tubuh dan Darah Kristus (Tubuh mistik Kristus). Pada bagian akhir Perjamuan Malam, Yesus mengingatkan kepada murid-Nya bahwa di antara mereka akan menyerahkan Dia. Para murid pun menjadi penasaran, siapa yang tega berbuat demikian ?. Dialah yang kepadanya diberikan roti yang sudah dicelupkan dan diberikan kepada Yudas anak Simon Iskariot (Yoh.13: 21-30). Setelah Yudas meninggalkan tempat itu, Yesus memberi perintah baru kepada para murid-Nya, yaitu supaya kamu saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku.

2. Pembasuhan Kaki

Perintah untuk melakukan pembasuhan kaki ini hanya terdapat dalam Injil Yohanes 13: 1-20 dan tidak terdapat dalam Injil sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas). Kaki adalah bagian yang kotor dalam tubuh manusia. Kaki sering kali menginjak tanah (kotor). Pembasuhan merupakan sebuah bentuk dari simbolisasi tata gerak. Kegiatan pembasuhan kaki adalah hal yang sudah biasa dilakukan oleh orang Yahudi pada zaman Yesus. Proses pembasuhan kaki itu biasanya dilakukan oleh bawahan terhadap atasan. Dalam kebiasaan Yunani, pembasuhan kaki adalah hal yang hina, yang biasa dilakukan oleh budak.

Yesus melakukan sebuah ritual dengan cara yang tidak biasa dilakukan orang , Ia membasuh kaki para murid yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang guru. Namun Yesus berbuat demikian karena ingin memberi teladan kepada para murid-Nya agar melakukan seperti yang telah dilakukan kepada mereka. Tindakan Yesus membasuh kaki mempunyai makna: Pelayanan, penyerahan diri, pembersihan dosa (pemurnian), pengampunan, pembaharuan, ketauladanan dan ritual. Penyerahan diri yang dimaksudkan adalah penyerahan diri Yesus dalam kematian untuk membersihkan dosa orang lain. Pembasuhan kaki yang Yesus lakukan juga bermakna kerendahan hati dan keinginan untuk menjadi hamba yang mau melayani orang yang hina sekalipun.

3. Tuguran

Sebelum misa Kamis Putih berakhir biasanya diadakan perarakan Sakramen Mahakudus, seorang pastor atau pastor paroki memegang Monstrans yang berisi Sakramen Mahakudus berbentuk seperti Hosti dalam ukuran besar. Setelah perarakan, Monstran diletakkan di depan Tabelnakel yang posisinya lebih tinggi. Lilin Altar dipindahkan dan diletakkan ber-dampingan dengan Monstran, altar dikosongkan.

Tuguran mengajak kita mengenang Yesus bersama murid-murid-Nya di taman Getsemani untuk berdoa. Saat itu hati Yesus sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Dalam Luk.22: 44 dikatakan: ... Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Yesus berpesan kepada Petrus, Yakobus dan Yahones, ”Tinggalah di sini dan berjaga-jagalah agar tidak jatuh dalam pencobaan”, namun ketiga murid itu didapati sedang tidur, roh memang penurut, tetapi daging lemah. Apa kita seperti murid-murid Yesus, memilih tidur daripada ikut TUGURAN ?

D. Jumat Agung

1. Yesus di hadapan Makamah Agama

Imam-imam kepala, malah seluruh Makamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang, yang mengatakan: "Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari."

Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?"

Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit." Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. Bagaimana pendapat kamu?" Mereka menjawab dan berkata: "Ia harus dihukum mati!" Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninjuNya; orang-orang lain memukul Dia, dan berkata: "Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?" (MAT.26: 59-68)

2. Yesus dihadapan Pilatus

Karena yang berhak menghukum mati se seorang hanyalah pemerintah Romawi, maka Yesus dibawa di hadapan Pontius Pilatus, bertanya ke pada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya”. Tetapi atas tuduhan yg diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun. Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau  dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat heran. Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka: "Barabas." Kata Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!" Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!" Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" Dan seluru  rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan. (Mat.27: 11-14, 23-26)

3. Yesus disiksa dan diolok-olok

Setelah Yesus divonis hukuman salib oleh Pontius Pilatus, Yesus disiksa terlebih dahulu seperti yang umum dilakukan pada jaman Romawi. Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia, mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaianNya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan. (Matius 27:27-31)

4. Yesus disalibkan

Setelah disesah, maka Yesus dihukum mati di atas kayu salib di Bukit Golgota atau Kalvari. Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaian-Nya dengan  membuang undi. Lalu mereka duduk di situ menjaga Dia. Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi." Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah." Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga. (Matius 27:35-44)

5. Yesus Mati

Yesus pun wafat di atas kayu salib, bukan karena Ia mati lemas atau kehabisan darah, tetapi Ia sendiri yang menyerahkan nyawa-Nya ke tangan Bapa-Nya. Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus, mereka pun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang. Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." (Matius 27:50-54)

6. MENGAPA KISAH SENGSARA YESUS DISEBUT `PASSIO'?

Passio berasal dari `Passio' bahasa Latin, yaitu suatu perasaan yang amat kuat serta mendalam. Misalnya saja cinta, benci atau marah. Di antaranya, yang paling besar kuasanya adalah cinta. Tuhan amat sangat mencintai kita. Tuhan bukanlah arca batu yang tanpa perasaan. Arca seperti itu tidak mati untuk siapa pun. Tuhan Yesus wafat bagi kita. Yesus tidak berpura-pura. Ia sungguh sungguh merasakan sakit yang amat menyiksa. Penderitaan Tubuh-Nya jauh lebih besar dari yang dapat  ditanggung manusia mana pun. Penderitaan batin-Nya, sejak ditinggalkan oleh para sahabat-Nya hingga cercaan serta hinaan dari mereka yang hendak diselamatkan-Nya - lebih dahsyat dari yang dapat kita bayangkan. Jadi, ketika kita mendengarkan Kisah Sengsara-Nya, berbagilah penderitaan dengan-Nya!

Mengapa Kita Mendengarkan PASSIO Dua Kali?

Pada Hari Minggu Palma kita mendengarkan Passio yang dibacakan oleh 3 orang lektor dan pada Jumat Agung mendengarkan kisah sengsara yang dilagukan. Mengapa kita mengulanginya? Alasannya ialah, pada Hari Minggu Palma kita mendengarkan Passio (sengsara Yesus) yang dibacakan saja dengan maksud ingin mengingatkan kita bahwa Yesus akan mengalami penderitaan/sengsara bagi kita. Penekanannya pada Minggu Palma itu sendiri. Sedangkan Passio yang dilagukan pada Jumat Agung dengan maksud agar kita lebih dapat menghayati: Ketidakadilan – Kesengsaraan – Kematian dan puncaknya adalah Kebangkitan yang kita rayakan sebagai hari Paskah. Sayang sekali, sebagian orang tidak ikut ambil bagian dalam upacara-upacara penting ini. Oleh karena itu Gereja merasa perlu menghadirkan kisah Pekan Suci secara ringkas bagi mereka dan menyisipkankan Passio dalam Minggu Palma. Sehingga kadang-kadang kita hampir saja lupa makna Minggu Palma yang sesungguhnya: Yesus memasuki Yerusalem dengan jaya! Pekan Suci adalah pekan di mana kita seharusnya tidak melupakan Tuhan. Ia telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita agar kita dapat hidup kekal. Kita patut melalui pekan ini sebagai pekan yang lain daripada yang lainnya, sebagai pekan yang sungguh sungguh SUCI. Kita patut ambil bagian dalam seluruh kegiatan mengenangkan kembali hari-hari terakhir Yesus sebelum kematian-Nya. Jika sekarang kita meluangkan waktu bersama-Nya, kita boleh yakin bahwa Ia akan bersama kita, jika kita membutuhkan-Nya. Jangan puas dengan versi Pekan Suci yang singkat. Setidak-tidaknya selama sepekan ini saja, biarlah Allah menikmati versi lengkapnya.

E. 1. PASKAH

Paskah merupakan perayaan tertua di dalam gereja Kristen, penghubung antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Paus Leo Agung (440-461) menekankan  pentingnya Paskah dan menyebutnya festum festorum - perayaan dari semua perayaan, dan berkata bahwa Natal hanya dirayakan untuk mempersiapkan perayaan Paskah.

Menurut tradisi Sinoptik, Paskah menunjuk pada Perjamuan Kudus yang didasari dari Perjamuan Malam, perjamuan perpisahan antara Yesus dan murid-murid Yesus. Pada malam itu sebelum Yesus dihukum mati, Yesus memberikan makna baru bagi Paskah Yahudi. Roti dilambangkan sebagai tubuh Yesus dan anggur dilambangkan sebagai darah Yesus, yaitu perlambangan diri Yesus sebagai korban Paskah. Rasul Yohanes dan Pauluslah yang mengaitkan kematian Yesus sebagai penggenapan  Paskah Perjanjian Lama (Yesus wafat pada saat domba-domba Paskah Yahudi dikorbankan di kenisah atau Bait Allah). Kematian dan kebangkitan Yesus inilah yang kemudian diasosiasikan dengan istilah Paskah dalam kekristenan. Karena Paskah dirayakan oleh gereja-gereja Kristen dengan Sakramen Ekaristi / Perjamuan Kudus, yang berbeda dari Perjamuan Paskah Yahudi. Di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kata Paskah disebutkan sebanyak 80 kali dalam 72 ayat sementara di dalam terjemahan BIS disebutkan sebanyak 86 kali dalam 77 ayat.

2. Paskah pada Gereja Perdana

Gereja Perdana memperingati peristiwa kebangkitan Yesus dengan perjamuan sederhana dan berdoa. Kemudian dalam perjalanan misinya, Paulus terus mengingatkan jemaat akan pentingnya peristiwa kebangkitan Yesus dan perkataan Yesus pada waktu Perjamuan Malam Terakhir. Sumber yang paling awal yang menulis tentang Paskah adalah Melito dari Sardis yang menulis homili berjudul Peri Pascha (Tentang Paskah). Orang-orang Kristen pada zaman tersebut menapak tilas jalan salib (Via Dolorosa) yang dilalui oleh Tuhan Yesus. Kematiannya diperingati sebagai korban keselamatan dalam tradisi Yahudi (bahasa Ibrani: Zerah Syelamin).

Orang Yahudi terus merayakan Paskah Yahudi, namun mereka tidak lagi mengorbankan domba Paskah karena Kristus dianggap sebagai korban Paskah yang sejati. Perayaan ini diawali dengan berpuasa hingga Jumat jam 3 sore (ada yang melanjutkan hingga pagi Paskah). Perbedaan timbul di seputar tanggal Paskah. Orang Kristen Yahudi dan jemaat provinsi Asia merayakannya pada hari yang bersamaan dengan Paskah Yahudi, yaitu sehari setelah tanggal 14 Nisan (bulan pertama) menurut kalender mereka, kematian Yesus pada 15 Nisan dan kebangkitan Yesus pada 17 Nisan, tanpa memedulikan harinya; namun orang Kristen nonYahudi yang tinggal di Kekaisaran Romawi dan juga gereja di Roma dan Aleksandria merayakannya pada hari pertama, yaitu hari Minggu, hari kebangkitan Yesus, tanpa memedulikan tanggalnya. Metode yang kedua inilah yang akhirnya lebih banyak digunakan di gereja, dan penganut metode yang pertama perlahan-lahan mulai tergusur. Uskup Viktor dari Roma pada akhir abad ke-2 menyatakan perayaan menurut tanggal 14 Nisan adalah bidat (Red. Bidat/bid’ah = Ajaran yang menyalahi ajaran yg benar) dan mengucilkan semua pengikutnya. Beberapa metode penghitungan yang lain di antaranya oleh beberapa uskup di Galia yang menghitung Paskah berdasarkan tanggal tertentu sesuai kalender Romawi, yaitu 25 Maret memperingati kematian Yesus dan 27 Maret memperingati kematian Yesus karena sejak abad ke-3 tanggal 25 Maret dianggap sebagai tanggal penyaliban. Namun metode yang terakhir ini tidak digunakan lama. Banyak kalender di Abad Pertengahan yang mencatat tanggal perayaan ini (25 dan 27 Maret) untuk alasan historis, bukan liturgis. Kaum Montanis di Asia Minor merayakan Paskah pada hari Minggu pertama setelah 6 April. Berbagai variasi perhitungan tanggal Paskah tersebut terus berlangsung hingga abad ke-4.

Perselisihan seputar penghitungan hari Minggu Paskah yang tepat tersebut akhirnya dibahas secara resmi pada Konsili Nicea I pada tahun 325 yang memutuskan bahwa hari Paskah adalah hari Minggu, namun tidak mematok hari Minggu tertentu. Kelompok yang merayakan Paskah dengan perhitungan Yahudi dinamakan "Quarto-deciman" (bahasa Latin untuk 14 Nisan) dan dikucilkan dari gereja. Uskup Aleksandria kemudian ditugaskan untuk mencari cara menghitung tanggal Paskah, karena kota itu dianggap sebagai otoritas tertinggi untuk hal-hal yang berhubungan dengan astronomi, dan sang uskup diharapkan dapat memutuskan hasilnya untuk diikuti keuskupan-keuskupan yang lain. Namun hasil yang diperoleh tidak memuaskan, terutama untuk gereja-gereja Latin. Banyak gereja masih memakai cara mereka sendiri-sendiri, termasuk gereja di Roma. Akhirnya baru pada abad ke-7 gereja-gereja berhasil mencapai kesepakatan mengenai perhitungan tanggal Minggu Paskah.

3. Paskah menurut kalender liturgi

Pada kekristenan ritus Latin (Barat), Paskah menandai berakhirnya masa Pra-Paskah, yaitu 40 hari (tidak termasuk hari Minggu) menjelang Minggu Paskah. Sepekan sebelum Minggu Paskah disebut sebagai Pekan Suci. Hari Minggu sebelum Minggu Paskah, yaitu hari pertama Pekan Suci, adalah hari Minggu Palem yang memperingati masuknya Yesus ke kota Yerusalem dengan menaiki seekor keledai. Tiga hari terakhir sebelum Minggu Paskah disebut sebagai Kamis Putih atau Kamis Suci, Jumat Agung, dan Sabtu Suci atau Sabtu Sunyi, yang ketiganya sering disebut sebagai Trihari Suci atau Triduum Paskah; Kamis Putih memperingati Perjamuan Malam terakhir Yesus, Jumat Agung memperingati kematian Yesus, dan Sabtu Suci memperingati hari pada saat Yesus di dalam kuburan.

Banyak gereja yang mulai merayakan Paskah semalam sebelumnya, yaitu dengan kebaktian Malam Paskah. Pada beberapa negara, Minggu Paskah dirayakan selama dua hari hingga Senin Paskah, hari-hari dalam sepekan setelah Minggu Paskah, yang disebut dengan Pekan Paskah, masing-masing diberi akhiran Paskah, seperti "Selasa Paskah", "Rabu Paskah", hingga Oktaf Paskah, yaitu hari Minggu setelah Minggu Paskah. Empat puluh hari hari (yang kemudian diperpanjang menjadi 50 hari atau 7 minggu) setelah Paskah biasa disebut dengan masa Paskah yang diakhiri dengan hari Pentakosta (hari ke-50).

Pada kekristenan ritus Oriental (Timur), masa persiapan Paskah dikenal dengan nama masa Puasa Besar dan dimulai sejak Senin Bersih selama 40 hari (termasuk hari Minggu). Pekan terakhir dalam masa persiapan itu disebut dengan Pekan Palma, yang berakhir dengan hari Sabtu Lazarus. Sehari setelah itu adalah Minggu Palma, Pekan Suci, lalu Minggu Paskah. Pada Sabtu tengah malam menjelang Minggu Paskah perayaan Paskah resmi dimulai, yang terdiri atas Matins, Jam-jam Paskah, dan Liturgi Surgawi Paskah; dengan demikian liturgi tersebut dijamin merupakan liturgi pertama Minggu Paskah, sesuai gelarnya sebagai festum festorum - perayaan dari semua perayaan. Pekan setelah Minggu Paskah disebut sebagai Pekan Terang, sedangkan masa setelah Minggu Paskah hingga Minggu Para Orang Kudus (hari Minggu setelah Pentakosta) disebut sebagai Pentakostarion.

4. Paskah pada Gereja modern

Di dalam gereja-gereja Kristen, terutama ritus Latin, perayaan dimulai pada hari Jumat Agung. Gereja-gereja biasanya menyelenggarakan kebaktian pada hari tersebut, umat Katolik Roma biasanya juga berpuasa pada hari ini. Kebaktiannya diliputi dengan perasaan duka karena memperingati sengsara/penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib. Gereja-gereja Protestan biasanya melanjutkan kebaktian dengan Perjamuan kudus untuk memperingati Perjamuan Malam Terakhir Yesus; lagu-lagu sendu seperti "Jangan Lupa Getsemani" juga dinyanyikan. Pastor memberikan kotbah singkat. Pada hari Sabtunya gereja-gereja Katolik dan beberapa gereja Anglikan dan Luther an juga menyelengarakan kebaktian malam Paskah. Dalam kebaktian itu sebuah lilin Paskah dinyalakan untuk melambangkan Kristus yang bangkit; Exultet atau proklamasi Paskah dinyanyikan; ayat-ayat Alkitab dari Perjanjian Lama yang menceritakan keluar-nya bangsa Israel dari Mesir dan nubuatan tentang Mesias dibacakan. Bagian ini mencapai puncaknya dengan menyanyi-kan Gloria dan Alleluia, dan Injil tentang kisah kebangkitan dibacakan. Pastor menyampaikan kotbah setelah  pembacaan Injil. Bagi gereja Katolik Roma, malam ini biasanya digunakan untuk pembaptisan bagi katekumen. Untuk umat yang lain, mereka juga menerima percikan air suci sebagai lambang perbaruan iman kepercayaan mereka. kemudian dilanjutkan dengan Liturgi sakramen, kemudian diakhiri dengan Doa Penutup dan mohon Berkat secara meriah. Misa malam Paskah ini memiliki bermacam-macam variasi.

Umat Protestan biasanya menggabungkan kebaktian malam Paskah dengan kebaktian Minggu pagi, yaitu mengikuti kisah di Injil yang menceritakan para wanita yang  datang ke kubur Yesus pada pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu. Ada gereja yang menyelenggarakannya pada sekitar subuh (kebaktian subuh), dan biasanya dilangsungkan di luar ruangan seperti halaman gereja atau taman di dekat gereja, ada juga di pemakaman, namun banyak pula yang merayakannya setelah matahari terbit. Kebaktian Minggu untuk memperingati kebangkitan Yesus ini (baik bersama-sama atau berbeda dari kebaktian subuh tersebut) dirayakan dengan sikap penuh sukacita, termasuk lagu-lagu yang dinyanyikan juga lagu yang bernuansa kemenangan. Gereja-gereja yang cukup besar ada yang menggunakan instrumen-instrumen tiup (terompet, dll) untuk melengkapi instrumen-instrumen yang biasa digunakan. Kebanyakan gereja juga mendekorasi ruang ibadah dengan hiasan-hiasan dan bunga-bungaan.


Kiriman: Yohanes Marino
Sumber: - P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
- http://www.imankatolik.or.id
- http://id.wikipedia.org

Share

Berlangganan Warta

Silakan masukkan Nama dan Email untuk berlangganan Warta dari website secara teratur.


Receive HTML?

Informasi Umum

Misa Mingguan


Minggu 08:00 dan 17:30

Misa Harian

Senin-Jumat 17:30 (Sementara Off)

Alamat Surat
Paroki Santa Theresia Balikpapan
 
Jalan Prapatan RT 23 No 1A 
Telpon 0542-421952 
Balikpapan

Pastor Paroki:
P. Frans Huvang Hurang MSF

Pastor Rekan:
P. Tarsy Asmat MSF